Monday, January 23, 2012

Kisah Abu Dzar R.A Pejuang yang Sebatang Kara


Abu Dzar al-Ghiffari ra. sebelum memeluk Islam adalah seorang perampok para kabilah di padang pasir, berasal dari suku Ghiffar yang terkenal dengan sebutan binatang buas malam dan hantu kegelapan. Hanya dengan hidayah Allah akhirnya ia memeluk Islam (dalam urutan kelima atau keenam), dan lewat dakwahnya pula seluruh penduduk suku Ghiffar dan suku tetangganya, suku Aslam mengikutinya memeluk Islam.

Disamping sifatnya yang radikal dan revolusioner, Abu Dzar ternyata seorang yang zuhud (meninggalkan kesenangan dunia dan mengecilkan nilai dunia dibanding akhirat), berta'wa dan wara' (sangat hati-hati dan teliti). Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tidak ada di dunia ini orang yang lebih jujur ucapannya daripada Abu Dzar", dikali lain beliau SAW bersabda, "Abu Dzar – diantara umatku – memiliki sifat zuhud seperti Isa ibn Maryam".

Pernah suatu hari Abu Dzar berkata di hadapan banyak orang, "Ada tujuh wasiat Rasulullah SAW yang selalu kupegang teguh. Aku disuruhnya agar menyantuni orang-orang miskin dan mendekatkan diri dengan mereka. Dalam hal harta, aku disuruhnya memandang ke bawah dan tidak ke atas (pemilik harta dan kekuasaan)). Aku disuruhnya agar tidak meminta pertolongan dari orang lain. Aku disuruhnya mengatakan hal yang benar seberapa besarpun resikonya. Aku disuruhnya agar tidak pernah takut membela agama Allah. Dan aku disuruhnya agar memperbanyak menyebut 'La Haula Walaa Quwwata Illa Billah'. "

Dipinggangnya selalu tersandang pedang yang sangat tajam yang digunakannya untuk menebas musuh-musuh Islam. Ketika Rasulullah bersabda padanya, "Maukah kamu kutunjukkan yang lebih baik dari pedangmu? (Yaitu) Bersabarlah hingga kamu bertemu denganku (di akhirat)", maka sejak itu ia mengganti pedangnya dengan lidahnya yang ternyata lebih tajam dari pedangnya.

Dengan lidahnya ia berteriak di jalanan, lembah, padang pasir dan sudut kota menyampaikan protesnya kepada para penguasa yang rajin menumpuk harta di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Setiap kali turun ke jalan, keliling kota, ratusan orang mengikuti di belakangnya, dan ikut meneriakkan kata-katanya yang menjadi panji yang sangat terkenal dan sering diulang-ulang, "Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan api neraka, kening dan pinggang mereka akan diseterika dihari kiamat!"

Teriakan-teriakannya telah menggetarkan seluruh penguasa di jazirah Arab. Ketika para penguasa saat itu melarangnya, dengan lantang ia berkata, "Demi Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Sekiranya tuan-tuan sekalian menaruh pedang diatas pundakku, sedang mulutku masih sempat menyampaikan ucapan Rasulullah yang kudengar darinya, pastilah akan kusampaikan sebelum tuan-tuan menebas batang leherku"

Sepak terjangnya menyebabkan penguasa tertinggi saat itu Ustman bin Affan turun tangan untuk menengahi. Ustman bin Affan menawarkan tempat tinggal dan berbagai kenikmatan, tapi Abu Dzar yang zuhud berkata, "aku tidak butuh dunia kalian!".
Dalam perjalanan menuju perang Tabuk, Abu Dzar tertinggal di belakang pasukan karena beliau mengendarai hewan yang lambat jalannya. Saat mengetahui hal ini, para sahabat memberitahukan hal tersebut Nabi Saw. Nabi Saw memutuskan mendirikan tenda di sebuah tempat terdekat. Sementara itu Abu Dzar yang tertinggal di belakang merasa kecewa dengan kendaraannya, lalu turun dan berjalan kaki.

Saat itu salah seorang sahabat berteriak bahwa ada seseorang dikejauhan sedang menuju kemari. Nabi SAW berkata : " Ya Allah, semoga itu Abu Dzar." Sahabat lainnya memberitahu Nabi SAW. bahwa orang itu memang Abu Dzar. Maka Nabi SAW berdo'a: "Semoga Allah SWT mengampuni Abu Dzar ! ia berjalan sendirian, akan mati sendirian dan akan dibangkitkan kembali sendirian," Kemudian beliau memerintahkan kepada para sahabat agar memberinya air. Tetapi ketika Abu Dzar tiba, beliau melihatnya sedang membawa sewadah air. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Kamu punya air tetapi kamu tampak kehausan? "

"Ya, Nabi Allah ! Semoga kedua orang tuaku dikorbankan untukmu! Ditengah jalan aku merasa kehausan, lalu aku pergi kesebuah tempat yang ada airnya. Setelah mencicipinya aku merasa sejuk dan enak dan aku berkata pada diriku, tidaklah adil jika aku meminum air ini sebelum Nabi meminumnya" jawab Abu Dzar.

Mendengar ini Nabi Saw berkata , "Wahai Abu Dzar ! Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu! Engkau akan meniti hidupmu kelak dalam kesendirian, mati dalam kesendirian yang jauh dari rumah penduduk, dan kemudian masuk syurga sendirian.

Akhir hidupnya sangat mengiris hati. Istrinya bertutur, "Ketika Abu Dzar akan meninggal, aku menangis. Abu Dzar kemudian bertanya, "Mengapa engkau menangis wahai istriku? Aku jawab, "Bagaimana aku tidak menangis, engkau sekarat di hamparan padang pasir sedang aku tidak mempunyai kain yang cukup untuk mengkafanimu dan tidak ada orang yang akan membantuku menguburkanmu".

Namun akhirnya dengan pertolongan Allah serombongan musafir yang dipimpin oleh Abdullah bin Ma'ud ra (salah seorang sahabat Rasulullah SAW juga) melewatinya. Abdullah bin Mas'ud pun membantunya dan berkata, "Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara".



0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...