Thursday, December 29, 2011

REZEKI-NYA MAHA LUAS

 
Dalam kesehariannya saat tak mengayuh becak, beliau sering dimintai tolong oleh kami atau para penghuni kompleks lainnya, misalnya mengecat rumah, memperbaiki pagar, menata kebun/halaman, memotong rumput, menguras kolam ikan atau bak mandi besar, membetulkan atap rumah, ikut kerja bakti lingkungan RW atau menemani mudik ke desa. Sesekali beliau membantuku di halaman rumah, memunguti jambu, alias saya yang memanjat pohonnya, lalu dia yang memunguti buah jambu ketika keranjang yang kusodorkan dari atas telah penuh, sekaligus dialah yang menyapu dedaunan jambu tersebut. Mang Ujang hanya menerima dengan ikhlas, berapa pun honor yang diberikan orang-orang atas pekerjaan ‘serba-bisa’-nya itu.

Kalau ada yang bertanya blak-blakan, “Berapa yah yang harus saya bayar, Mang?” Beliau ini tetap hanya menjawab, “Seikhlasnya aja bu…”. Demikianlah akhirnya para tetangga sering saling tanya terlebih dahulu mengenai honor buat Mang Ujang agar ‘sama-sama enak’, maklumlah, tak sedikit pula yang kurang puas akan hasil pekerjaannya karena permasalahan pendengaran beliau, contohnya kalau disebutkan harus begini-begitu, bagian ‘ini-itu’, mungkin yang ia kerjakan hanya begini, trus tersisa pekerjaan bagian lainnya itu. Di setiap akhir bulan masa gajian, tak cuma pundi-pundi rupiah Mang Ujang yang mengalir deras, (padahal jumlah nominal tidaklah seberapa, namun kalau terkumpul ‘tip’ dari pelanggan dadakan atau orang-orang yang sering ditolongnya, maka penghasilan beliau memang lumayan, berkah Allah mengiringi rezekinya), ada yang ikut membelanjakan beras buat keluarganya, susu, gandum, sirup, atau ada pula yang membelikan pakaian baru buat anak-anaknya.

Rezeki-Nya Maha Luas, dari sejak tidur nyenyak dengan nyaman, bangun tidur menghirup kesegaran oksigen dan air wudhu, bisa mendengar adzan, melihat mentari, membaca qur’an, rezeki sarapan, memperoleh teman-teman, punya sahabat yang amanah, dan seterusnya berlimpah ruah, selain rezeki keteguhan iman serta nikmat kesehatan nan teramat mahal, hingga memang tiada seorang pun yang bisa menghitung rezeki-Nya dalam kehidupan kita. Beliau pernah bangkit dari keterpurukan, pernah menunjukkan bukti bahwa orang yang hebat adalah orang yang selalu bersyukur, meskipun apa yang dijalani ternyata tak sesuai keinginan diri. Ayat indah-Nya, “…Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 216)

Mungkin saja sekarang kita bertanya ‘mengapa begini…mengapa begitu…’, kenapa jalan hidup terasa lebih terjal dan lebih berliku, ataukah diluar pemikiran dan perencanaan kita, dan sebagainya. Lalu suatu hari nanti kita akan berucap dalam nurani, “Subhanalloh… ternyata jalannya begini…ternyata yang dialami harus begitu. Ternyata Allah ta’ala memang menghendaki skenario terbaik buat kita semua…”, bersyukur dengan apa yang ada, malah dengan nasibnya ia tetap bersedekah dengan apa yang ia bisa, insya Allah selalu ada solusi buat orang-orang yang yakin akan kebenaran janji-Nya Allah. ( Al Qur'an )

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim, 14 : 7)

Sumber

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...